Karakterisasi dan Potensi Jamur Pengendali Fusarium
Karakterisasi dan Potensi Jamur Pengendali Fusarium
Data
dari Ditjen Perkebunan Deptan tahun 2001 menyatakan luas areal
penanaman vanili di Indonesia saat ini diperkirakan tinggal 50% dari
luas semula sekitar 15.937 ha. Sebagian besar dalam keadaan rusak dan
kurang produktif. Salah satu penyebabnya adalah penyakit busuk batang.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae,
merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman vanili. Jamur
tersebut menyerang semua bagian tanaman, mulai dari akar, batang, daun,
dan buah. Pada tanaman dewasa tingkat kematian akibat serangan jamur ini
mencapai 50-100%, memperpendek umur produksi dan 10 kali panen menjadi
dua kali, bahkan tidak dapat berproduksi. Sedangkan pada bibit ditemukan
7-32% telah terkontaminasi oleh jamur ini, walaupun tanaman induknya
tidak menunjukkan gejala serangan.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada daerah endemik penyakit busuk batang vanili di Dusun Timbenuh Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur dan Dusun Celilos Desa Bentek Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat ditemukan beberapa tanaman vanili sehat di antara beberapa tanaman vanili yang terinfeksi penyakit busuk batang. Hasil isolasi dari jaringan tanaman sehat dan contoh tanah ditemukan beberapa jamur endofit dan saprofit sehingga diduga fenomena tanaman vanili sehat tersebut disebabkan karena ketahanan induksi (terimbas) karena adanya jamur saprofit dan jamur endofit antagonistik.
Problematika ini diungkap oleh I Made Sudantha dalam disertasi berjudul ?Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili di Pulau Lombok NTB?. Ujian disertasi dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram itu berlangsung Senin (2/4), di Gedung Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya.
Lebih lanjut Sudantha mengatakan, berdasarkan hasil isolasi dari jaringan akar tanah, akar udara, batang, daun, dan buah tanaman vanili sehat ditemukan 19 jamur endofit dengan karakteristik yang berbeda. Dari kebun Timbenuh ditemukan sembilan isolat, kebun Selebung ada lima isolat, kebun Jurang Malang ada dua isolat, kebun Lingsar ada satu isolat dan kebun Celelos ada dua isolat, sedangkan dari kebun Banok tidak ditemukan jamur endofit. Semua jamur endofit yang ditemukan pada tanaman vanili dapat tumbuh pada pH medium 4-8 dan pertumbuhan optimum terjadi pada pH 6. Diuraikan Sudantha, secara umum, jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas, namun jamur tumbuh optimum apabila substrat mempunyai keasaman antara 5,0-6,0. Selain itu, jamur endofit juga dapat tumbuh pada kisaran suhu 15-400 C dan pertumbuhan yang terbaik pada suhu optimum 250 C. Suhu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan hidup, pertumbuhan dan reproduksi jamur.
Berdasarkan penelitian Sudantha, dari enam jenis seresah daun, hanya empat jenis yang baik untuk media pertumbuhan jamur endofit yaitu seresah daun kopi, kemiri, lamtoro dan gamal, sedangkan dua jenis lainnya yaitu seresah daun kakao dan dadap kurang baik untuk media pertumbuhan jamur endofit. Dari sembilan jenis jamur endofit antagonis yang diuji ternyata ada empat jamur endofit yaitu Trichordema sp. ENDO-02 batang Timbenuh (T. koningii), Trichorderma sp. ENDO-04 batang Jurang Malang (T. polysporum), Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh, Rhizoctonia sp. ENDO-08 batang Selebung yang mempunyai kemampuan tumbuh yang cepat pada medium seresah daun kopi, kemiri, lamtoro dan gamal. Jamur Trichorderma sp. ENDO-04 batang Timbenuh (T. koningii) dan Trichorderma sp. ENDO-04 batang Jurang Malang (T. polysporum) masih dapat tumbuh pada medium seresah daun gamal, kakao, dan dadap, sedangkan jamur Rhizoctonia sp. ENDO-07 batang Timbenuh dan Rhizoctonia sp.ENDO-08 batang Selebung masih dapat tumbuh pada medium seresah gamal, namun tidak dapat tumbuh pada medium seresah daun kakao dan dadap.
Sementara untuk penelitian Sudantha tentang karakteristik jamur saprofit, hasil isolasi dari rhizosfer sekitar perakaran tanaman vanili sehat ditemukan 19 jamur saprofit dengan karakteristik yang berbeda. Dari kebun Timbenuh ditemukan lima isolat, kebun Banok ada dua isolat, kebun Selebung ada satu isolat, kebun Jurang Malang ada tiga isolat, Kebun Lingsar ada dua isolat, dan kebun Celelos ada tujuh isolate. Sama halnya dengan jamur endofit, ternyata semua jamur saprofit yang ditemukan dapat tumbuh pada kisaran pH medium 4-8 dan pertumbuhan yang terbaik terjadi pada pH 6, demikian pula semua jamur saprofit dapat tumbuh pada kisaran suhu 15-400 C. Dituturkan Sudantha lebih jauh, semua isolat jamur Trichorderma sp. dapat tumbuh pada medium seresah daun kopi, kemiri, lamtoro, gamal, kakao dan dadap, namun hanya empat isolat Trichorderma sp. yang dapat tumbuh cepat pada medium seresah daun kopi, kemiri, lamtoro, dan gamal, yaitu isolat Trichorderma sp. SAPRO-03 vanili Timbenuh (T. harzianum), Trichorderma sp. SAPRO-07 vanili Jurang Malang (T. harzianum), Trichorderma sp. SAPRO-09 vanili Lingsar (T. hamatum) dan Trichorderma sp. SAPRO-11 vanili Selebung (T. hamatum).
Dari pengujian penggunaan jamur endofit untuk pengendalian penyakit busuk batang ini dapat dikatakan bahwa penggunaan jamur endofit baik melalui perendaman stek vanili maupun infestasi ke medium tanah dapat meningkatkan ketahanan induksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang. Sementara, pada pengujian penggunaan jamur saprofit antagonis dan cara aplikasinya untuk pengendalian penyakit busuk batang vanili, terjadi fenomena menarik sebagai dampak positif penggunaan saprofit antagonis, yaitu ada empat isolat jamur saprofit antagonis yang dapat merangsang pembungaan lebih awal pada fase pembibitan di polibag sedangkan 10 isolat lainnya hanya merangsang pembentukan tunas daun/sulur.
Temuan lainnya dari penelitian ini menyangkut tentang kombinasi isolat-isolat jamur endofit dan saprofit (tiga isolat jamur endofit dan lima isolat jamur saprofit) menyebabkan bibit vanili tidak terinfeksi penyakit busuk batang baik pada tanah steril maupun tidak steril, dan pada tanaman vanili di lapang baik klon Timbenuh dan Celelos NTB, maupun klon Malang Jawa Timur, juga tidak terinfeksi penyakit busuk batang sehingga dapat meningkatkan ketahanan induksi terhadap penyakit busuk batang sampai tanaman berumur 16 minggu setelah tanam bibit. Disarankan oleh Sudantha, perlunya dilakukan penelitian mekanisme ketahanan induksi bibit dan tanaman vanili terhadap penyakit busuk batang akibat penggunaan jamur endofit dan saprofit antagonis terutama kaitannya dengan kemampuan jamur endofit dan saprofit sebagai mikroparasit dan peran alkaloid yang dihasilkan sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae.
Ujian I Made Sudantha dipromotori oleh Prof Dr Ir Tutung Hadiastono, MS dengan ko promotor Prof Dr Ir Abdul Latief Abadi, MS dan Dr Ir Syamsuddin Djauhari, MS. Tim penguji terdiri dari Prof Dr Ir Siti Rasminah Ch. Sy, Prof Dr Ir oemarno MS, Prof (Riset) Dr Ir Nasir Saleh APU dan Prof (Riset) Dr Ir Gatot kartono, APU. Pada yudisium, Sudantha dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude, dan berhak menyandang gelar doktor dalam bidang Ilmu Pertanian kekhususan Hama dan Penyakit Tanaman (HPT).
Dr Ir I Made Sudantha MS, pria kelahiran Kupang 49 tahun silam, sarjana pertanian Universitas Mataram (1984), meraih gelar magister sains (MS) dari Universitas Brawijaya (1991). Mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Mataram sejak 1986 hingga saat ini, beristrikan Peltu (Kowad) Ni Wayan Kasniasih, Sudantha dikaruniai tiga orang putra.
Sumber : prasetya.ub.ac.id
Komentar
Posting Komentar